Berbagai gugusan pulau termasuk Pulau Balak gugusan yang ada di Teluk Pedada menyimpan begitu banyak jejak sejarah. Pulau-pulau yang dulu pernah begitu dikenal oleh wisatawan pada medio tahun 90-an dan ambruk ketika krisis moneter itu kini pelan-pelan mencoba mengulang kejayaan itu semua, termasuk kejayaan masa lampau ke-marga-an dalam budaya Lampung di wilayah pesisir Teluk Pedada.
Kisah Pulau Balak Pra Krisis Moneter
Kapal pesiar besar seperti yacht mewah berwarna putih asal Jakarta itu terlihat terombang-ambing oleh riak kecil gelombang yang terbawa angin musim, tambang penambat di dermaga Pulau Balak itu terlihat sesekali terulur dan mengencang.
Di sisi dermaga, kolam besar dengan sepasang kerapu besar seukuran tubuh manusia dewasa sesekali menyembul keluar.
Di tepian pantainya, sejumlah turis asing terlihat riang, sebagian masyuk dengan aktivitas menyelam dan snorkeling, sebagian lainnya berjalan mengitari pulau seluas 26 hektar itu.
Sementara di cottage, penjaga pulau menyajikan beragam masakan khas kepada wisatawan sebagai bagian dari wisata kuliner paket wisata para turis asing dari berbagai negara yang menghibur penat mereka di Pulau Balak yang menjadi bagian dari gugusan pulau-pulau di Teluk Pedada.
Yogi penjaga Pulau Balak terus berusaha merekonstruksi masa ketika turis menjadikan pulau ini sebagai tujuan wisata favorit mereka.
Tapi, menjelang akhir tahun 90-an seiring dengan terjadinya krisis moneter lambat laun jumlah kunjungan terus menurun sampai akhirnya tumbang, pulau itu pasca surutnya kunjungan seolah merana, tak ada lagi kemeriahan di setiap akhir pekan.
Padahal ketika itu, tak hanya pengelola pulau yang merasakan gurihnya bisnis pariwisata, penduduk lokal ikut merasakannya, setidaknya menyediakan perahu untuk para wisatawan berkeliling dari satu pulau ke pulau lainnya sudah cukup mampu menjadikan kunjungan para wisatawan ini sebagai mata pencaharian sampingan.
Kaitan Pulau Balak, Muara Bawang dan Penyebaran Agama Islam
Menarik ke masa yang lebih lampau sekitar tahun 1800-an, Teluk Pedada juga pernah dikenal sebagai bandar perdagangan yang gaungnya bahkan dikenal hingga ke Pulau Jawa, Bengkulu hingga ke daerah-daerah tetangga lainnya.
Melalui Muara Bawang di sisi barat Pulau Balak, kawasan ini ketika itu riuh rendah oleh transaksi perdagangan yang masih menganut sistem transaksi barter barang dagangan. Ketika masa itu pulalah, hasil bumi asal daerah pesisir di Teluk Pedada ini begitu dikenal mulai dari kopi, lada sampai pisang, sebagian besar dari hasil bumi itu juga dihasilkan oleh penduduk yang tinggal di pulau seperti Pulau Balak; Pulau Pahawang dan Pulau Lunik.
Salah satu jejak kejayaan bandar perdagangan di kawasan pesisir Teluk Pedada yang masih tersisa adalah Pasar Bawang, di pasar inilah awalnya geliat perdagangan antar pedagang dari laut seberang melakukan transaksi dagang dengan penduduk lokal maupun penduduk yang tinggal di pulau.
Dari daerah ini juga penyebaran agama Islam masuk melalui tokoh asal Banten yang masuk ke kawasan pesisir Teluk Pedada yakni; Tuan Serambak yang juga adik dari Tubagus Yahya salah satu tokoh penyebar agama Islam di Lampung yang makamnya berada di daerah Bakung, Telukbetung Barat, Bandar Lampung.
Dari sini, kearifan lokal pun muncul dan ikut menginfiltrasi nilai-nilai budaya Lampung di Teluk Pedada yang ketika itu terdiri dari tiga kemargaan yakni; Marga Bawang; Marga Punduh dan Marga Pedada.
Hifni Idris tokoh pemuda Punduh Pidada yang juga keturunan langsung dari generasi ketujuh Tuan Serambak mengakui kehadiran tokoh penyebar agama Islam itu ke kawasan pesisir Teluk Pedada turut mempengaruhi nilai-nilai kebudayaan Lampung.
Salah satu contohnya adalah tarian Rudat yang kental dengan nuansa keislaman yang menggabungkan unsur-unsur budaya Lampung."Ini bagian dari warisan budaya, yang menggabungkan nilai-nilai adat Lampung melalui tiga kemargaan yang ada di daerah pesisir Teluk Pedada dengan agama Islam," jelas Hifni Idris.
Daya Tarik Pulau Balak
Sebagai destinasi wisata yang sempat begitu dikenal oleh wisatawan, banyak daya tarik yang ditawarkan ketika berkunjung ke Pulau Balak yang masuk dalam wilayah Kecamatan Marga Punduh, Kabupaten Pesawaran ini;
Snorkeling di Pulau Balak
Sudah hampir satu jam lebih Yolande Tran, wisatawan asal Prancis snorkeling di tepian Pulau Balak, tapi ia seperti tak ingin menyudahi aktivitasnya, padahal ketika itu sepekan yang lalu, sedang musim ubur-ubur.
Tapi, Yolande seperti tak menghiraukannya padahal tubuhnya sudah mulai berwarna merah karena tersengat ubur-ubur tapi ia tetap saja memanjakan matanya dengan keindahan bawah laut di Pulau Balak."
Saya kira pulau ini sangat indah, bawah lautnya masih bisa saya lihat banyak terumbu karang yang bagus, ikan-ikan," tutur Yolande Tran.
Kaya Biota Laut dan Ikan Hias
Terumbu-terumbu karang masif dengan ikan-ikan hias seperti Nemo atau ikan badut (clownfish), teripang, atau lobster yang berkamuflase dengan pasir laut untuk menghindari predatornya atau bahkan penyu masih bisa dengan mudah dijumpai di perairan ini hanya di kedalaman yang relatif pendek, sekitar tujuh meter, hamparan terumbu karang sudah tersaji.
Perairan Pantai yang Bersih dan Alami
Kondisi perairan yang masih terjaga dengan alami membuat ekosistem bawah laut masih relatif murni meskipun di sejumlah ruas pesisir pantai keberadaan tambak-tambak udang mulai meranggas secara umum tak berpengaruh khususnya di sekitar perairan Pulau Balak.
Hal ini karena limbah yang biasanya terbawa melalui angin seperti angin muson barat, muson timur dan angin muson tenggara tidak terlalu memberikan pengaruh buat perairan di sekitar Pulau Balak, apalagi pulau ini cukup tertutupi dengan gugusan pulau lain di depannya seperti Pulau Helok.
Jalur Lintasan Lumba-lumba dan Habitat Ikan Pelagis
Riko Stefanus penggiat ekowisata menilai secara umum kondisi fisik perairan di sekitar Pulau Balak masih sangat baik, ia bahkan pernah pada beberapa tahun yang lalu menjumpai sekawanan lumba-lumba jenis hidung botol masuk ke dalam perairan ini, termasuk jenis-jenis ikan pelagis.
"Ciri fisik perairan yang masih baik salah satunya dilihat dari indikator itu, penyu pun masih bisa dijumpai," jelas Riko Stefanus.
Karenanya, Riko menilai tak ada alasan untuk tidak menggerakkan kekuatan pariwisata di kawasan Teluk Pedada melalui gugusan pulaunya yang eksotik atau kawasan pesisirnya yang memiliki nilai historis yang luhur.
Apalagi, Teluk Pedada tak semata menawarkan obyek wisata yang cenderung konvensional seperti obyek wisata lain, tapi juga wisata yang lebih spesifik,"semua ada disini, kenapa tidak memulai kembali mengangkat kejayaan wisata di Teluk Pedada ini kembali seperti ketika tahun 90-an".
Spot Memancing
Perairan ini juga melimpah dengan ikan-ikan tangkapan seperti tuna, simba, kue gerong (giant trevally) bahkan ikan layaran, spot-spot memancing yang tersebar di kawasan teluk ini begitu potensial.
Uniknya lagi kawasan Pulau Balak ini masih relatif minim dari kunjungan para pemancing dan banyaknya rumpon-rumpon alami yang kaya akan berbagai jenis ikan konsumsi dengan ukuran yang sangat besar.
Lokasi dan Cara Akses ke Pulau Balak
Pulau Balak terletak dalam wilayah gugusan kepulauan yang ada di Teluk Pedada dan masuk dalam wilayah Kecamatan Marga Punduh. Lokasinya berada amat dekat dengan Pulau Pahawang maupun Muara Bawang yang berada di Desa Bawang yang menjadi ibukota Kecamatan Marga Punduh.
Untuk mengakses Pulau Balak memang harus menggunakan perahu, baik melalui dermaga Ketapang yang ada di Padang Cermin maupun melalui Muara Bawang, Desa Bawang dengan jarak tempuh sekitar 90 menit dengan biaya sekitar Rp. 100 ribu per orang.