Buat saya, IndiHome sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam upaya kebangkitan kembali ekowisata Teluk Kiluan yang terpuruk akibat pandemi...
Optimisme itu bangkit setelah pandemi perlahan mulai melandai. Geliat perekonomian mulai tumbuh dengan semangat baru, pun dengan
sektor pariwisata.
Ketika pandemi terjadi, pariwisata menjadi sektor yang
paling terpuruk. Pembatasan sosial secara masif hingga larangan kunjungan
wisatawan untuk mengantisipasi kemungkinan merebaknya cluster-cluster baru
membuat banyak pelaku pariwisata merana.
Ini juga yang terjadi terhadap ekowisata Teluk Kiluan, sebagai destinasi wisata paling populer di Lampung
yang pengembangan pariwisatanya lebih mengedepankan konsep keberlanjutan lingkungan yang hasilnya sepenuhnya ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus untuk
keberlangsungan lingkungan, juga ikut terkena dampaknya.
Sebelum pandemi, masyarakat Teluk Kiluan merasakan begitu banyak manfaat ekowisata khususnya untuk
peningkatan kesejahteraan melalui praktek pengembangan pariwisata yang lebih
ramah lingkungan sesuai dengan karakter ekowisata, yang pada akhirnya mengubah
sudut pandang mereka akan pentingnya keberlangsungan lingkungan untuk masa
depan mereka sendiri.
Terpuruk Akibat Pandemi
Sebagai salah seorang yang pernah terlibat langsung
dalam pengembangan ekowisata di kawasan konservasi Teluk Kiluan melalui
organisasi lingkungan yang fokus pada pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan, saya merasakan betul apa yang dialami
oleh masyarakat Teluk Kiluan ketika pandemi.
Di sisi lain, pilihan untuk kembali melaut juga tak
lantas memberikan opsi pilihan hidup yang lebih baik, karena selain
permasalahan modal, model penangkapan ikan yang mereka lakukan selama ini juga
jelas kalah jauh dengan nelayan dari daerah lain yang sudah lebih modern.
Jauh sebelum terkenal seperti saat ini, masyarakat
Teluk Kiluan berprofesi sebagai nelayan pancing, yang penghasilannya
benar-benar amat bergantung dari keahliannya memancing bahkan hingga ke
perbatasan perairan Gunung Anak Krakatau.
Mereka bahkan harus mengadu nyawa dengan mengarungi
gelombang laut yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia demi memperoleh
satu dua ekor ikan Lemadang, Simba maupun Kakap yang berukuran besar hanya
dengan mengandalkan perahu katir bermesin kecil dan senar-senar pancing serta umpan kontrekan atau umpan buatan yang dibuat dari jalinan kecil tali rafia.
Hasilnya memang hanya cukup untuk menyambung hidup
keluarga sekaligus modal untuk bisa melaut kembali, meski tak sebanding dengan
resiko yang harus mereka tanggung, namun hanya ini yang bisa mereka lakukan.
Kondisi ini makin diperparah mana kala banyaknya
nelayan asal luar yang melakukan praktek-praktek illegal fishing seperti
pengeboman ikan hingga perburuan lumba-lumba yang dijadikan sebagai umpan untuk
memancing ikan hiu.
Di sisi lain, ada kearifan lokal masyarakat Teluk
Kiluan, saat mereka menuju ke tengah laut, jika menemukan sekawanan ikan
lumba-lumba maka itu menjadi pertanda jika mereka akan memperoleh ikan hasil pancing yang
banyak, masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah along.
Sedikit Kisah Pengembangan Ekowisata di Teluk Kiluan
Sampai kemudian pada tahun 2003, sejumlah organisasi lingkungan melihat potensi dari keberadaan dua
spesies ikan lumba-lumba jenis hidung botol (Turciops truncatus) dan lumba-lumba
paruh panjang (Stenella longirostris) yang menjadikan perairan Teluk
Kiluan sebagai habitat alaminya, hal itu pulalah yang menyebabkan Teluk Kiluan menjadi incaran para pelaku illegal fishing khususnya pemburu hiu dengan menjadikan lumba-lumba sebagai umpan untuk memancing ikan hiu.
Selain itu, daya tarik pantai hingga pulau yang ada di
Teluk Kiluan ini juga memiliki panorama yang tak kalah indahnya, seperti;
Pulau Kiluan yang ekostis dan menjadi spot paling indah untuk menikmati sunset.
Ada juga Laguna Gayau yang terasa seperti kolam renang alami yang bersisian
langsung dengan pantai Pulau Kiluan.
Tapi di sisi lain, banyak kawasan perairan di sekitar
hingga ekosistem bawah laut Teluk Kiluan yang rusak akibat aktivitas illegal
fishing khususnya pengeboman ikan dan penggunaan pukat harimau yang dilakukan
oleh nelayan asal luar daerah yang amat masif ketika itu.
Proses rehabilitasi terumbu karang di Teluk Kiluan. Foto: Yayasan Ekowisata Teluk Kiluan |
Rehabilitasi Ekosistem Teluk Kiluan
Bersama dengan Riko Stefanus, ketua Yayasan Ekowisata
Teluk Kiluan yang juga inisiator ekowisata di Teluk Kiluan, kami mulai
melakukan proses rehabilitasi Teluk Kiluan. Tak mudah memang, selain mendapat
reaksi dari beberapa warga yang menjadi pelaku illegal fishing , kami juga kesulitan
dalam hal pendanaan karena semuanya kami lakukan secara mandiri.
Saat itu, kami membagi tugas, beberapa teman aktivis
bertugas melakukan penghijauan dengan menanam bibit mangrove di pesisir pantai
yang tingkat tutupan lumpur di dasar pantainya lumayan tebal akibat abrasi air
laut. Selain itu, kebiasaan warga yang membuang sampah di pantai juga membuat
kondisi ekosistem pantai kian memprihatinkan.
Beberapa teman lainnya bertugas merehabilitasi terumbu
karang di sekitar Pulau Kiluan yang rusak parah akibat aktivitas pengeboman
ikan. Sementara, Riko Stefanus melakukan edukasi kepada warga tentang
pentingnya keberlangsungan lingkungan termasuk mengenalkan konsep ekowisata
kepada mereka.
Sedangkan saya, yang menjadi jurnalis bertugas mengenalkan keindahan Teluk Kiluan. Kala itu, teknologi
maupun media sosial belum seperti saat ini.
Tak hanya itu saja, saya pernah
membuat tulisan khusus seputar aktivitas perburuan lumba-lumba yang
dijadikan sebagai umpan ikan hiu yang mengancam habitat dua spesies lumba-lumba
di perairan Teluk Kiluan.
Tak ayal tulisan saya ini mendapat respon yang cukup
baik, tak hanya dari pemerintah tapi juga masyarakat hingga wisatawan yang
kemudian merasa penasaran untuk melihat keindahan Teluk Kiluan termasuk
keberadaan ikan lumba-lumba.
Penanaman mangrove yang melibatkan wisatawan yang berkunjung ke Teluk Kiluan. Foto: Yayasan Ekowisata Teluk Kiluan |
Teluk Kiluan Ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi
Melalui berbagai upaya yang kami lakukan, akhirnya
Teluk Kiluan ditetapkan sebagai kawasan konservasi oleh Kementerian Kelautan
dan Perikanan demi melindungi dan mencegah aktivitas illegal fishing di sekitar
kawasan Kiluan.
Penetapan kawasan konservasi itu juga kian menguat saat kami juga berhasil
mengidentifikasi jika di Teluk Umbar yang juga berada dalam satu kawasan Teluk
Kiluan diketahui menjadi habitat Penyu Hijau yang menjadikan kawasan pantainya
sebagai tempat untuk menyimpan telur-telurnya.
Mulai Memberikan Manfaat untuk Warga
Perlahan tapi pasti, Teluk Kiluan mulai dikenal oleh
banyak wisatawan, tak hanya wisatawan yang berasal dari sekitar Lampung tapi
juga wisatawan dari luar daerah bahkan wisatawan asing yang menikmati ombak
Teluk Kiluan untuk bermain surfing.
Selain itu, karena model pengelolaan wisatanya
sepenuhnya memanfaatkan masyarakat setempat, banyak pula pengelola obyek wisata
dari daerah lain di Indonesia yang belajar langsung ke Teluk Kiluan.
Secara ekonomis pengembangan wisata di Teluk Kiluan
juga membuat taraf hidup masyarakat setempat mulai membaik. Mereka yang semula
berprofesi sebagai nelayan, beralih menjadi penyedia jasa pariwisata seperti
menjadi tour guide sekaligus penyedia perahu untuk dolphin tour.
Ada pula yang menyediakan penginapan dengan konsep
homestay, dimana wisatawan tinggal dan berbaur secara langsung dengan masyarakat
dengan menikmati kuliner khas hingga melihat keragaman budaya masyarakat
setempat yang bisa hidup rukun meskipun berbeda keyakinan.
Bahkan disini, masjid dan pura hingga gereja bisa
berdiri berdampingan yang kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Yang lebih membahagiakan lagi adalah, terbangunnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya keberlangsungan lingkungan dengan menjaga
Teluk Kiluan dari aktivitas yang bisa merusak ekosistem seperti membuang sampah
sembarangan maupun aksi illegal fishing.
Dengan kesadaran itu pula, warga Teluk Kiluan
berinisiatif membentuk kelompok-kelompok masyarakat pengawas hingga kelompok
masyarakat sadar wisata...
Baca Juga: Teluk Kiluan itu Bukan Hanya Sekedar Tempat Wisata
Bangkit dari Keterpurukan Akibat Pandemi
Setelah pandemi mulai melandai, optimisme itu perlahan
mulai bangkit. Warga Teluk Kiluan yang merasakan keterpurukan kembali
bersemangat. Angka wisatawan pun mulai bergerak naik meski belum signifikan
namun sudah amat mampu membangkitkan optimisme warga.
Demikian halnya Yayasan Ekowisata Teluk Kiluan tempat
kami bernaung pun bersemangat untuk kembali membangun pariwisata di Teluk
Kiluan yang terpuruk sedemikian lama akibat pandemi sehingga berdampak besar
tak hanya kepada masyarakat Teluk Kiluan tapi juga berpengaruh terhadap
keberlangsungan lingkungan.
Diskusi-diskusi hingga strategi pengembangan
pariwisata berwawasan lingkungan terus kami intensifkan. Kami juga bersyukur
kepada pemerintah khususnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang
menetapkan Teluk Kiluan sebagai salah satu desa wisata potensial di Indonesia
yang menjadi kekuatan pariwisata di Indonesia secara keseluruhan untuk bangkit setelah pandemi.
Seiring dengan penetapan kawasan desa wisata itu pula,
kami kian bersemangat, untuk kembali membangun
pariwisata di Lampung khususnya Teluk Kiluan dengan membagi tugas sesuai dengan
keahlian kami masing-masing, saya bahkan merasakan sedang bernostalgia, kondisi ini sama persis
ketika pertama kali organisasi kami bahu membahu membangun Teluk Kiluan.
Aktivitas virtual meeting lancar tanpa kendala bersama IndiHome |
Amat Terbantu dengan Manfaat Internet
Dengan dukungan teknologi yang sudah semakin maju,
saya amat terbantu untuk mengenalkan dan mengangkat kembali citra Teluk Kiluan
bahkan hingga di tingkat dunia.
Saya merasakan benar manfaat internet yang
menjadi bagian penting dalam teknologi, baik dalam hal mempromosikan wisata di
Teluk Kiluan hingga membuat konten-konten baik berupa artikel maupun video yang
kami sebarluaskan dengan memanfaatkan media sosial.
IndiHome sebagai Penunjang Aktivitas yang Paling Berkualitas
Sejak pandemi saya memang sudah menikmati berbagai
layanan IndiHome. Karena, saya yang memang berprofesi sebagai penulis,
content writer dan digital marketing lebih banyak beraktivitas di rumah (work
from home) yang otomatis membutuhkan jaringan internet yang berkualitas untuk
menunjang aktivitas saya, dan kebutuhan akan jaringan internet yang berkualitas
itu bisa saya peroleh dari IndiHome.
Sebagai penyedia jaringan internetnya Indonesia,
IndiHome mampu mengiringi berbagai aktivitas baik dalam menjalankan profesi
maupun menjalankan aktivitas organisasi di Yayasan Ekowisata Teluk Kiluan.
Bersama IndiHome saya tak pernah memiliki hambatan
yang berarti dalam membuat konten baik yang bersifat olahan grafis hingga
video, bahkan ketika mengunggah materi-materi video ke media sosial pun saya
tak pernah khawatir dengan kualitas jaringan yang disediakan IndiHome yang
merupakan bagian dari Telkom Indonesia sebuah perusahaan multinasional kebanggaan bangsa.
Demikian halnya ketika melakukan berbagai aktivitas
diskusi maupun presentasi yang kami lakukan secara virtual termasuk dengan sesama
aktivis lingkungan yang berada di luar negeri sekalipun tak pernah ada kendala
berkat dukungan IndiHome.
Menikmati Berbagai Manfaat dari IndiHome
Manfaat internet benar-benar saya peroleh dari
IndiHome khususnya untuk mempromosikan ekowisata Teluk Kiluan. Saya tak pernah
meragukan kualitas layanannya dari berbagai hal, mulai dari kualitas jaringan,
pelayanan teknisi yang profesional hingga memperoleh manfaat lain berupa
hiburan yang ada pada fitur internet TV di IndiHome yang benar-benar bisa saya
dan keluarga nikmati ketika pandemi.
Saya juga banyak belajar sekaligus bisa menambah
wawasan tentang pengembangan ekowisata melalui channel-channel internet TV khusus
seputar lingkungan dan pariwisata yang ada di layanan IPTV IndiHome.
Banyak ide yang saya peroleh dari tayangan IPTV
IndiHome seperti metode pengelolaan sampah maupun limbah rumah tangga yang bisa
memberikan keuntungan secara ekonomis hingga metode rehabilitasi terumbu karang
yang ideal yang akan saya ajarkan kepada warga Teluk Kiluan.
Kerennya lagi, saya bisa menikmati fitur tv on demand di IndiHome untuk
tayangan-tayangan seputar lingkungan maupun pariwisata yang menarik untuk saya
pelajari.
Yang lebih menenangkan lagi dari kualitas layanan
IndiHome sebagai internetnya Indonesia ini adalah biayanya yang terjangkau.
Bayangkan saya bisa memperoleh tiga manfaat sekaligus yakni; layanan telpon,
jaringan internet yang berkualitas dan stabil hingga layanan IPTV sebagai media
hiburan dengan biaya bulanan yang amat ringan.
Dari IndiHome sebagai penyedia jaringan internetnya
Indonesia yang berkualitas, saya belajar banyak tak hanya tentang manfaat
internet tapi juga menempatkan kualitas sebagai hal paling prioritas dalam
pelayanan.
Dan, ini pula yang coba saya terapkan dalam membantu
menggairahkan kembali ekowisata di Teluk Kiluan sebagai bentuk pengabdian untuk
kemajuan tak hanya untuk Teluk Kiluan tapi juga untuk pariwisata Lampung secara
keseluruhan.