Foto: Ilustrasi lampungtraveller.com |
Ternyata polusi tak hanya dipicu dari buruknya kualitas udara yang berasal dari asap kendaraan maupun pabrik saja. Rumah juga menjadi sumber polusi udara tersembunyi yang sangat berbahaya untuk kesehatan manusia maupun lingkungan.
Jika semula kita berpikir, polusi udara hanya melulu berasal dari asap knalpot, pembakaran pabrik saja, ternyata anggapan itu tidak selamanya tepat, karena ternyata rumah juga menjadi sumber emisi yang memiliki kontribusi yang tak kalah besar dari emisi bahan bakar yang mempengaruhi terjadinya perubahan iklim.
Produk seperti cairan pembersih, produk perawatan kulit mulai dari shampo, deodoran, penyegar udara, penggunaan cat dinding rumah menyumbang emisi berupa senyawa organik volatil atau volatile organic compounds (VOC) hingga 38 persen terhadap pembentukan lapisan ozon. Bahkan, sumber emisi rumah tangga ini menjadi penyumbang emisi paling besar jika dibandingkan dengan asap kendaraan yang berasal dari bahan bakar bensin maupun diesel yang hanya sekitar 32 persen emisi.
Ahli kimia Cooperative Institute for Research in Environmental Sciences di Boulder, Colorado AS, Brian McDonald dalam pertemuan tahunan yang dilakukan oleh American Association for the Advancement of Science, menyebutkan jika sumber polusi udara di kota besar saat ini makin beragam yang kemudian memberikan dampak secara langsung terhadap kondisi atmosfer dan pada akhirnya memicu terjadinya perubahan iklim.
Rumah sebagai Sumber Polusi Terbesar yang Tersembunyi
Perabotan rumah tangga yang mengandung gas VOC. Foto: Unsplash |
Berdasarkan penelitian itu, rumah yang selama ini kita anggap sebagai tempat paling aman justru menjadi sumber polusi tersembunyi yang mematikan.
Senyawa organik volatil yang awalnya hanya ditemukan pada produk turunan minyak kini juga terkandung dalam produk pemutih hingga cat rumah. Hal ini kemudian diperkuat pula oleh, ahli teknik kimia Carnegie Mellon University Pittsburgh, Spyros Pandis yang menyebut bahwa bahan kimia rumah tangga yang digunakan sehari-hari menjadi salah satu sumber pencemar udara.
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Asisten Profesor Teknik Mesin CU Boulder, Marina Vance yang membangun sebuah hunian seluas 111 meter yang diberi nama HOMEChem untuk kepentingan penelitian sejauh mana polusi udara yang berasal dari rumah bisa mempengaruhi kualitas udara.
Hasilnya cukup mengkhawatirkan, melalui aktivitas rumahan sederhana seperti memasak air, membersihkan rumah dengan cairan pembersih menjadi pemicu sumber polusi dalam ruangan yang sangat tinggi yang bisa mempengaruhi kesehatan penghuni rumah dan atmosfer secara keseluruhan.
Sensor pengukur konsentrasi polusi dalam rumah eksperimen itu bahkan harus dikalibrasi ulang akibat konsentrasi polusi yang sangat tinggi.
Karenanya, Marina Vance menilai bahwa permukiman juga harus dianggap sebagai salah satu sumber penting pemicu polusi udara luar ruang yang harus segera diantisipasi, terlebih saat ini pemerintah tengah gencar membuat kebijakan hingga gerakan pengurangan emisi dari kendaraan bermotor.
Produk Rumah Tangga yang Menjadi Sumber Emisi Penyebab Selimut Polusi
Hampir semua produk rumah tangga mengandung Volatile Organic Compound (VOC). VOC didefinisikan sebagai kandungan komponen berupa bahan kimia organik yang mudah menguap dan mencemari udara, sejak dari proses produksi, pengaplikasian hingga pada saat digunakan oleh masyarakat sebagai end user.
Dalam jangka panjang, VOC akan terus menerus mengeluarkan gas kimia yang mudah menguap bahkan dalam suhu ruang sekalipun dan mencemari udara di dalam rumah hingga ke lingkungan luar.
VOC hampir merata ditemukan di semua produk-produk rumah tangga mulai dari furniture, elektronik, cat, lem, cairan pembersih hingga produk kosmetik.
Ketika VOC yang mengandung gas berbahaya yang ada di perabotan dapur hingga kamar tidur ini terhirup oleh manusia dalam jangka panjang secara terus menerus setiap harinya maka berbagai ancaman kesehatan hingga resiko kematian mulai menjadi ancaman serius yang bahkan tidak disadari sama sekali.
Kondisi kian diperparah mana kala gas VOC ini terakumulasi tak hanya di dalam ruangan tapi juga di luar ruang bersama dengan emisi gas buang hingga sisa proses konversi energi bahan bakar yang pada akhirnya menimbulkan pemanasan global.
Ironisnya, dalam sebuah rumah terdapat begitu banyak perabotan dan cairan pembersih rumah yang terindikasi mengandung gas VOC yang tidak pernah kita sadari, seperti;
Karpet hingga Perabot Rumah
Siapa yang menyangka jika karpet yang hampir selalu ada di setiap rumah ternyata mengandung VOC yang sangat berbahaya khususnya bagi anak-anak maupun penderita asma dan alergi.
Demikian halnya dengan perabot rumah, seperti kursi ruang tamu dan lemari juga mengandung gas VOC yang berasal cat dan cairan pengencer cat atau thinner.
Sebagai perbandingan, jika sebuah kendaraan bermotor menghasilkan 1 persen emisi gas buang dari satu liter bensin, maka tiap 1 liter thinner yang digunakan untuk mengecat perabotan rumah seperti kursi maupun lemari akan melepaskan atau menguapkan 100 persen emisi gas buang agar lapisan cat di permukaan perabotan rumah bisa mengering sempurna dan itu berlangsung secara konsisten sampai perabotan rumah itu hancur tak bersisa.
Cairan Pembersih
Cairan pembersih ini meliputi; cairan pembersih rumah, cairan pembersih piring hingga cairan sabun, sampo maupun produk kecantikan lain.
Pada penghapus cat kuku hingga kertas dinding mengandung zat kimia Aseton yang jika dihirup secara terus menerus akan sangat berbahaya untuk kesehatan. Sedangkan produk pembersih ruangan, deterjen pembersih pakaian dan pencuci piring mengandung zat etanol, amonia hingga klorin.
Kemudian pengharum pakaian hingga kapur barus mengandung bahan diklorobenzena. Ada pula zat formaldehida yang banyak ditemukan pada produk rumah tangga yang berbentuk plastik.
Penyejuk Ruangan dan Lemari Pendingin
Tak hanya buruk bagi kesehatan, penyejuk ruangan (AC) dan kulkas juga menjadi salah satu penyebab pemanasan global. AC dan kulkas menggunakan gas Chlorofluorocarbon atau yang lebih dikenal dengan CFC sebagai salah satu gas yang bisa menimbulkan efek rumah kaca yang bisa merusak lapisan ozon.
CFC atau freon AC berasal dari gas campuran atom klorin, karbon dan fluor yang bersifat stabil. Ketika AC melepaskan CFC maka gas ini akan naik menuju ke lapisan ozon dan kemudian merusaknya.
Pengharum Ruangan
Pengharum ruangan menjadi salah satu produk yang paling banyak digunakan di tiap rumah. Selain membuat ruangan jadi lebih harum, udara yang dihasilkan juga terasa lebih segar.
Tapi, siapa sangka jika sebenarnya pengharum ruangan itu tidak benar-benar menghilangkan bau melainkan hanya bersifat menyamarkan bau dengan menggunakan aroma buatan. Ketika pengharum ruangan ini dihirup maka berbagai jenis zat seperti etanol, fenol, formaldehida dengan leluasa masuk ke dalam tubuh.
Di sisi lain, kandungan aerosol pada pengharum ruangan adalah zat yang memiliki sifat cepat memanas ketika berada lebih tinggi dari muka tanah.
Pembakaran Sampah
Sampah adalah sumber gas metana yang berdampak pada efek rumah kaca yang memicu pemanasan global. Demikian halnya ketika sampah dibakar, maka akan menghasilkan beragam polutan yang bisa merusak lingkungan hingga memicu gangguan kesehatan.
Baca Juga: Hutan Mangrove Petengoran, Kabar Baik dari Lampung
Bom Waktu Bencana Ekologis akibat Selimut Polusi
Grafis: lampungtraveller.com |
Akumulasi dari sumber emisi yang berasal dari rumah itu menyatu dengan berbagai sumber polusi lainnya seperti asap knalpot kendaraan, aktivitas dan limbah industri serta produksi energi, pengolahan limbah dan kegiatan pertanian itu kemudian memicu meningkatnya konsentrasi berbagai gas di atmosfer yang menyebabkan pemanasan global akibat panas matahari yang terperangkap di bumi (efek rumah kaca) yang pada akhirnya menjadi ancaman serius terhadap kemungkinan terjadinya bencana ekologis.
Seperti dikutip dari Kompas.id, laporan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan National Aeronautics and Space Administration (NASA) tahun 2020 lalu menyebutkan jika pada periode dasawarsa 2010–2019 menjadi dasawarsa paling panas terhitung sejak terjadinya perubahan iklim 140 tahun lalu. Dengan rata-rata kenaikan suhu global dalam satu dasawarsa itu tercatat sekitar 1 derajat celcius.
Dampak dari pemanasan global itu telah memicu peningkatan suhu udara, rentannya penyebaran penyakit, kenaikan permukaan air laut sebagai dampak dari mencairnya es di kutub, hingga terjadinya kebakaran hutan.
Dalam hal dampak kesehatan bagi manusia, organisasi kesehatan dunia (WHO) bahkan menyebut setiap tahun angka rata-rata kematian dini akibat polusi mencapai 7 juta kematian dini, dengan perbandingan 9 dari 10 penduduk bumi telah menghirup udara yang terpapar polusi.
Selimut polusi juga berdampak langsung terhadap hampir seluruh sendi kehidupan manusia. Kenaikan suhu muka bumi telah memicu naiknya temperatur bumi secara signifikan yang kemudian mengubah iklim dan mempengaruhi aspek kehidupan dan perubahan alam, seperti berikut:
Air
Pemanasan global meningkatkan kapasitas air yang ada di atmosfer sehingga memicu tingginya intensitas curah hujan. Di sisi lain tingginya curah hujan juga membuat air lebih cepat kembali ke laut dan tidak terserap ke dalam tanah sebagai sumber air bersih untuk manusia.
Tingginya intensitas curah hujan juga membuat kualitas sumber air menurun drastis sekaligus memicu kenaikan suhu air yang mengakibatkan meningkatnya kadar klorin di air bersih.
Sumber: lampungtraveller.com |
Perubahan Habitat hingga Kepunahan Spesies
Suhu bumi yang terlalu panas juga membuat kenaikan batas permukaan laut sehingga membuat bencana banjir dan badai yang berdampak pada perubahan signifikan terhadap habitat berbagai spesies hewan, tumbuhan hingga organisme lain.
Perubahan habitat itulah yang kemudian membuat banyak spesies tanaman, hewan hingga pepohonan yang berfungsi sebagai penyerap karbondioksida menjadi punah karena ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim baik suhu maupun alam yang berlangsung begitu cepat. Ketika spesies ini punah, maka ekosistem serta rantai makanan juga ikut mengalami perubahan.
Sumber: transportologi |
Baca Juga: Kain Tapis Lampung, Simbol Penghargaan Terhadap Tuhan, Alam dan Perempuan
Menurunnya Kualitas Hutan dan Meningkatnya Gas Rumah Kaca
Hutan sebagai paru-paru bumi yang menjadi produsen oksigen lambat laun akan mengalami penurunan kualitas akibat perubahan iklim yang membuat banyaknya terjadi kebakaran hutan.
Disisi lain, maraknya aksi deforestasi untuk industri dan pembukaan pemukiman baru juga membuat hilangnya fungsi hutan sebagai penyerap karbondioksida dan gas rumah kaca yang secara otomatis akan meningkat secara drastis.
Produktivitas Hasil Pertanian yang Terus Menurun
Suhu bumi yang terlalu panas membuat suplai air menjadi berkurang yang pada akhirnya menurunkan produktivitas hasil pertanian. Tak hanya itu saja, perubahan iklim juga memicu munculnya berbagai jenis hama dan penyakit tanaman pertanian serta perubahan pola tanam dan masa panen.
Tenggelamnya Daerah Pesisir dan Pulau Kecil
Tingginya muka air laut akibat mencairnya es di kutub membuat batas daratan di kawasan pesisir akan menenggelamkan daerah pesisir hingga menuju ke pemukiman masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir.
Permukaan air laut yang terus bertambah tinggi juga membuat pulau-pulau kecil menjadi tenggelam secara perlahan hingga akhirnya hilang sama sekali.
Wabah Penyakit dan Kasus Kanker Kulit yang Meningkat serta Turunnya Daya Tahan Tubuh
Di saat suhu curah hujan meningkat, akan memicu munculnya berbagai wabah penyakit seperti kolera, demam berdarah dan malaria. Nyamuk-nyamuk yang membawa virus, hidup dan berkembang biak dengan begitu cepat pada cuaca yang cenderung panas serta lembab.
Tak hanya itu saja, lapisan ozon yang kian menipis membuat intensitas paparan sinar ultraviolet di permukaan bumi memicu terhadap timbulnya penyakit seperti kanker kulit, penyakit mata katarak hingga turunnya daya tahan tubuh yang membuat tubuh rentan terhadap serangan penyakit, seperti; alergi, asma inspeksi saluran pernafasan akut, kardiovaskular, stroke bahkan jantung.
Bersama Berkolaborasi Kurangi Selimut Polusi untuk Saya, Kamu, Kita Semua dan Masa Depan
Foto: Markus Spiske/Unsplash |
Semua dampak dari perubahan iklim itu sudah kita rasakan semua. Selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim.
Kita kini ‘dipaksa’ untuk hidup berdampingan dengan berbagai bencana dan wabah penyakit dan dampak ikutan lain akibat polusi yang sudah semakin parah.
Kondisi ini yang kemudian membuat kita dan banyak masyarakat lainnya untuk harus sudah mulai beraksi dan berkolaborasi bersama untuk mengurangi selimut polusi terhadap bumi yang kita tinggali ini.
Berbagai upaya dan regulasi yang dilakukan oleh pemerintah pun telah mulai dilakukan. Namun itu semua tidak akan pernah membuahkan hasil jika tidak mendapat dukungan dan aksi nyata dari seluruh masyarakat.
Upaya itu setidaknya bisa dimulai dari rumah kita. Berkaca dari fakta bahwa rumah sebagai sumber polusi tersembunyi melalui banyaknya produk-produk rumah tangga yang mengandung polutan yang berbahaya untuk kesehatan dan atmosfer sudah selayaknya kita mulai menerapkan pola hidup hidup sehat yang lebih ramah lingkungan.
Saya, Anda dan kita semua tidak lantas dipaksa untuk meninggalkan semua produk rumahan yang berbahaya bagi lapisan ozon, karena kenyataannya hampir semua produk-produk yang menjadi sumber emisi itu memang dibutuhkan dalam rumah tangga.
Tapi belajar mengurangi dan membangun pemahaman secara kolektif terhadap perbaikan kualitas hidup yang lebih sehat khususnya di dalam rumah secara bersama-sama sangat penting dibangun sejak dini untuk ‘sedikit saja’ membantu mengurangi emisi.
Buat apa kita begitu antusias menyambut program car free day yang dibuat pemerintah untuk mengurangi polusi khususnya di kota-kota besar, sementara ketika pulang ke rumah, kita kembali pada aktivitas-aktivitas yang justru merusak.
Dalam artian, kita mungkin tidak bisa secara frontal bersikap layaknya seorang Greta Thunberg yang berusaha sekeras mungkin menghapus jejak karbon dalam tiap detik hidupnya. Tapi setidaknya, tidak ada salahnya untuk mencoba dan memulai menerapkan pola hidup dan lingkungan yang lebih sehat, karena kenyataannya itu justru penting buat kelangsungan hidup kita dan generasi setelah kita.
Jika seandainya saya diberi kewenangan untuk membuat kebijakan untuk mengurangi polusi untuk mengatasi perubahan iklim, maka saya akan memulai membuat kebijakan pengurangan polusi yang dimulai dari lingkungan sosial paling kecil yakni; tempat tinggal dengan membangun kesadaran untuk mulai menggunakan produk yang ramah lingkungan.
Kita sebagai pewaris bumi yang sah, bertanggung jawab dan menyadari dampak yang amat masif akibat perubahan iklim yang disadari atau tidak kita telah berkontribusi terhadap polusi itu sendiri. Tapi, tak pernah ada kata terlambat untuk memulainya, bisa dengan memulai menerapkan sejumlah kebiasaan berikut ini;
Kurangi Konsumsi Daging dan Produk Susu
Cara sederhana pertama yang bisa kita mulai untuk membantu mengurangi polusi adalah dengan mengurangi konsumsi daging maupun produk yang terbuat dari susu. Produksi daging kenyataannya menghasilkan begitu banyak gas rumah kaca yang hampir setara dengan emisi dari kendaraan.
Mengurangi konsumsi daging bukan hanya berdampak positif pada kesehatan diri tapi juga kesehatan bumi.
Dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences menyebut jika salah satu cara efektif mengurangi dampak perubahan iklim adalah dengan mengurangi konsumsi daging.
Organisasi pangan dunia (FAO) juga merilis hasil penelitian jika daging sapi adalah penghasil emisi karbon yang sangat intensif. Kita bisa mengurangi dengan lebih memperbanyak asupan nabati yang kaya serat agar lebih sehat.
Kurangi Jejak Karbon dari Aktivitas Transportasi
Kita tahu, emisi yang bersumber dari kendaraan menjadi penyumbang utama polusi. Bayangkan, tiap satu liter bahan bakar yang digunakan kendaraan telah melepas setidaknya 2,5 kilo karbon dioksida ke atmosfer bumi.
Oleh karena itu, janganlah malas, merasa capek atau tidak nyaman ketika memilih kendaraan umum atau transportasi yang lebih ramah lingkungan seperti sepeda sebagai alternatifnya. Sedangkan untuk perjalanan jauh, kita bisa memilih kereta api daripada pesawat terbang.
Hemat Energi
Bijaklah dalam memanfaatkan energi yang ada di sekitar kita. Dengan menerapkan gaya hidup yang hemat energi, kita bukan hanya bisa menghemat pengeluaran tapi juga sekaligus menjaga beban bumi dari polusi.
Mulailah dengan hal kecil seperti mematikan peralatan elektronik maupun lampu saat tidak lagi digunakan. Gunakan pula, produk-produk elektronik yang lebih hemat energi seperti lampu LED.
Tanam Pohon
Pohon adalah entitas luar biasa yang bisa melindungi manusia dari berbagai jenis polusi yang bisa merusak kesehatan. Pohon memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap karbon dioksida.
Dengan menanam pohon, kita bukan hanya sedang berupaya menjaga bumi dari dampak pemanasan global tapi juga efektif mencegah berbagai bencana seperti banjir.
Di rumah, kita bisa memanfaatkan area pekarangan rumah untuk menanam berbagai tanaman penghijauan yang efektif menyerap berbagai gas beracun yang ditimbulkan dari berbagai produk dan perabotan rumah tangga sekaligus membersihkan udara dan juga mempercantik rumah sekaligus bisa menyegarkan pikiran kita.
Jika tak bisa menanam apapun karena keterbatasan lahan, jangan khawatir, kita masih bisa berupaya membantu meskipun hanya dengan menjaga kelestarian pohon hingga hutan dengan tidak membuang sampah sembarangan atau bahkan menebang pohon.
Jangan Bakar Sampah
Seperti diketahui aktivitas pembakaran domestik menjadi salah satu penyumbang emisi partikel yang menimbulkan polusi udara yang amat signifikan.
Kita bisa mulai dengan melakukan aktivitas seperti daur ulang sampah dengan memilah sampah organik dan non organik. Dan, ternyata sampah juga bisa menghasilkan, misal menjadi pupuk kompos hingga berbagai kreasi kerajinan hasil daur ulang sampah.
Menggunakan Produk yang Ramah Lingkungan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hampir semua produk dan perabotan rumah tangga memiliki berbagai kandungan gas yang menjadi pemicu terjadinya polusi di dalam ruang dan luar ruang. Maka dari itu, sebaiknya kurangi penggunaan produk yang tidak ramah lingkungan.
Saat ini ada begitu banyak produk kebutuhan rumah tangga yang lebih ramah lingkungan mulai dari deterjen hingga produk kecantikan. Memilih merek yang berupaya memberikan kontribusi terhadap lingkungan adalah opsi paling bijak yang bisa kita lakukan.
Sebenarnya, ada begitu banyak aksi-aksi kecil tapi berdampak secara langsung tak hanya untuk kesehatan tapi juga keberlangsungan lingkungan.
Yang kita butuhkan saat ini adalah kesadaran kolektif akan pentingnya masa depan yang lebih baik terhadap kelangsungan bumi sebagai tempat tinggal yang layak dan ramah untuk semua makhluk.
Kita tentu tidak mau terus hidup dibawah ancaman #SelimutPolusi. Sebagai #MudaMudiBumi kita harus segera bertindak #UntukmuBumiku dalam satu kesatuan #TeamUpForImpact untuk bumi yang lebih bersih dari polusi dan untuk masa depan yang lebih baik.
Karena, ini bukan soal apa yang harus kita lakukan, tapi kapan kita akan memulainya...
Sumber Referensi:
- https://www.kompas.id/baca/adv_post/pemanasan-global
- https://www.lamudi.co.id/journal/5-teknologi-ramah-lingkungan-untuk-meningkatkan-nilai-rumah/
- https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-cirebon/baca-artikel/14235/Penerapan-Konsep-Green-Building-Pada-KPKNL-Cirebon.html
- https://mediaindonesia.com/humaniora/488243/upaya-atasi-perubahan-iklim-dan-polusi-udara-perlu-berjalan-bersamaan
- http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/inovasi/351-rumah-tangga-hemat-energi
- http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/
- https://www.republika.co.id/berita/p4afl7366/produk-rumah-tangga-jadi-sumber-polusi-udara
- https://www.merdeka.com/uang/penyebab-polusi-udara-ancam-kondisi-iklim-dari-limbah-industri-hingga-kendaraan.html
- http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/3580-rumah-tinggal-dan-perannya-pada-perubahan-iklim.html